Sumber air panas wae bobok dan kisah yang menyelimutinya.



Pesona alam Manggarai Barat memang komplet. Tak hanya air terjun, gua, hutan. Ada juga sumber air panas. Setelah berpetualang menyusuri hutan dan gua, kami singgah di sebuah sumber air panas.

Sumber air panas itu ada di Dusun Ndengo, Desa "Seribu Air Terjun"  Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Air panas itu ada di tengah sawah.

Warga setempat menyebut sumber air panas itu "Wae Bobok". Menurut Damas Seluruh, pemilik sawah, sumber air panas itu telah ada jauh sebelum lokasi itu dijadikan sawah.

Untuk melindungi tanaman padi, sumber air panas itu dibendung dengan parit agar tanaman padi tidak terdampak air panas.

Dilansir Wikipedia, mata air panas atau sumber air panas adalah mata air yang dihasilkan akibat keluarnya air tanah dari kerak bumi secara alami. Air yang keluar suhunya di atas 37 derajat celcius (suhu tubuh manusia), namun sebagian mata air panas mengeluarkan air bersuhu hingga di atas titik didih.

Mitos Wae Bobok
Warga setempat meyakini, sumber air panas "Wae Bobok" berkaitan dengan gunung api. "Bisa jadi ini muncul karena letusan gunung api ribuan tahun silam," ujar Albert Obat, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) "Kampung Ceria" (Creatif, Elok, Rapi, Indah, Aman).

Menurut Albert, berdasar cerita rakyat berkembang, pada zaman perburuan Kampung Ndengo merupakan kawasan hutan, padang savana, dan semak belukar. 

Nenek moyang mereka bernama "Umpu Bobok." Bersama istrinya, Umpu Bobok ini tinggal di sebuah gubuk di lokasi itu. Umpu Bobok dipercaya punya ilmu magis dalam hal berburu. Konon, suatu hari istri Umpu Bobok sedang memasak daging hasil buruan. Tiba-tiba mendung datang dan hujan turun sangat lebat. Akibatnya, air kali Wae Racang dan Wae Brisung meluap.

Karena banjir itu, Umpu Bobo dan istrinya serta gubuk mereka hanyut. Beberapa hari setelah musibah itu, muncullah mata air panas itu di bekas pondok tersebut. Karena pernah menjadi tempat tinggal Umpu Bobok, warga setempat memberi nama sumber air panas itu "Wae Bobok".

Konon katanya, saat turun ke sawah, warga selalu menyapa sebelum tiba di sumber air panas itu. Begini sapaan itu, "Empo, mame hang ga"? (Nenek, sudah masak?)."

Jika sapaan diucapkan, konon akan terdengar bunyi air mendidih. "Dan itu merupakan jawaban dari roh "Umpu Bobok" yang  dulunya tinggal di lokasi itu. Jadi air panas ini penjelmaan dari kesaktian "Umpu Bobok" yang terhanyut banjir di masa lalu," kata Albert.

Kampung Ndengo merupakan satu dari enam anak Kampung yang menopang wilayah Desa wisata Wae Lolos. Kampung ini merupakan pemekaran dari Kampung Langgo. Kampung Ndengo berpenduduk ratusan jiwa atau 70-an Kepala Keluarga. 

Di kampung ini sawah membentang. Areal persawahan ini berada di sebuah lembah diapiti dua anak sungai, yakni Kali Wae Racang di bagian barat dan Kali Wae Brisung di bagian timur. Sementara itu, lembah dan kampung Ndengo juga  diapiti golo (gunung) Ndaring dan golo Kondeng, kawasan Bentang Alam Mbeliling.

Komentar