Wisata Air Panas di Desa Wae Lolos

Penataan tempat pemandian air panas “Wae Lua” menjadi destinasi wisata baru di Desa wisata Wae Lolos, kini  hampir rampung dikerjakan. Mulai dari tempat parkir, akses jalan, kolam renang/terapi hingga gasebo dan sarana penunjang lainnya sedang kebut dikerjakan.

Kepala Desa Wae Lolos, Gervinus Toni, S.Pd menjelaskan item pekerjaan tersebut antara lain kolam renang berukuran 6× 8 meter, kolam terapi 4×6 meter kolam induk di sumber air panas berukuran 6×8 meter, toilet dan halaman olahraga di sekitar kolam berukuran 6×18 meter. Juga akses jalan rabat sepanjang 273 meter dan gempat parkir 10 × 20 meter.

Progresnya mencapai 70%. Item pekerjaannya antara lain jalan rabat, tempat parkir, gasebo, toilet, 3 buah kolam renang termasuk kolam induk di sumber air panas kini sedang dalam proses pengerjaan”, ujar Kades Gervinus Toni, Jumat (27/8/2021) pagi.

Kades Gervinus Toni juga menyebut total anggaran yang digelontorkan untuk itu sebesar Rp 600 juta bersumber dari Kementerian Desa.

#Sumber Air Panas Wae Lua

Sumber air panas “Wae Lua” terletak di tengah sawah milik warga Dusun Ndengo, Desa “Seribu Air Terjun”  Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sekitar 40-an kilometer dari Labuan Bajo, Ibukota Kabupaten Pariwisata Premium Manggarai Barat. Alam Desa ini telah menyuguhkan segalanya. Hutannya menghijau. Di tengah hutan menghijau itu mengalir seribu air terjun. Perbukitannya menggoda decak kagum. Lembahnya memendam selaksa potensi, pertanian dan perkebunan serta potensi wisata alam menjanjikan.

Warga setempat menyebut sumber air panas di tengah sawah itu “Wae Lua”. Menurut bapak Damas, pemilik sawah, sumber air panas itu telah ada jauh sebelum lokasi itu dijadikan sawah.

Dijelaskannya, saban tahun, petak-petak sawah itu dikerjakannya. Untuk melindungi tanaman padi, sumber air panas itu dipisahkan dengan menggali parit agar tanaman padi tidak terdampak air panas. “Dari dulu sudah ada seperti ini,” ujarnya.

Dilansir dari Wikipedia, mata air panas atau sumber air panas adalah mata air yang dihasilkan akibat keluarnya air tanah dari kerak bumi setelah dipanaskan secara geotermal. Air yang keluar suhunya di atas 37 °C (suhu tubuh manusia), namun sebagian mata air panas mengeluarkan air bersuhu hingga di atas titik didih. Di seluruh dunia terdapat mata air panas yang tidak terhitung jumlahnya, termasuk di dasar laut dan samudra.

Air yang keluar dari mata air panas dipanaskan oleh geotermal (panas bumi). Semakin dalam letak batu-batuan di dalam perut bumi, semakin meningkat pula temperatur batu-batuan tersebut. Peningkatan temperatur batuan berbanding dengan kedalaman disebut gradien geotermal. Air merembes ke dalam kerak bumi, dan dipanaskan oleh permukaan batu yang panas. Air yang sudah dipanaskan keluar di mata air panas yang lokasinya jauh dari gunung berapi.

#Mitos Wae Lua

Air panas lebih dapat mengencerkan padatan mineral, sehingga air dari mata air panas mengandung kadar mineral tinggi, seperti kalsium, litium, atau radium.

Mandi berendam di dalam air panas bermineral dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan alasan tersebut, orang membangun pemandian air panas dan spa untuk tujuan rekreasi dan pengobatan.

Warga setempat pun meyakini bahwa sumber air panas “Wae Lua” pasti berkaitan dengan gunung api, entah telah meletus ribuan tahun silam atau belum meletus.

Menurut salah satu warga bernama Albert, kisah tersebut merupakan cerita rakyat yang dikisahkan secara lisan secara turun-temurun. Pada zaman perburuan sebelum mengenal pertanian seperti sekarang ini, sawah Ndengo termasuk Kampung Ndengo adalah kawasan hutan, padang savana dan semak belukar.

Disana dikisahkan Nenek moyang mereka bernama “Umpu Bobok” bersama istrinya tinggal di sebuah gubuk di lokasi itu. Umpu Bobok itu memiliki ilmu magis dalam hal berburu.

Suatu hari, istri Umpu Bobok sedang memasak daging hasil buruan suaminya, tiba-tiba mendung datang dan hujan pun turun sangat lebat mengakibatkan banjir bandang yang meluap dari kali Wae Racang dan Wae Brisung. Umpu Bobok bersama istri serta gubuk mereka hanyut diterjang banjir bandang. Beberapa hari setelah musibah itu, muncullah mata air panas itu di bekas pondok tersebut. Warga setempat memberi nama sumber air panas itu “Wae Lua” (Wae = air, Lua = mendidih).

Konon katanya, saat turun ke sawah, warga selalu menyapa sebelum tiba di sumber air panas itu, “Empo, mame hang ga”?(Nenek, sudah masak?). Sapaan itu langsung disambut dengan bunyi air mendidih  disertai buih menggelembung.

“Itu merupakan jawaban dari roh “Umpu Bobok” yang dulunya tinggal di lokasi ini. Jadi air panas ini penjelmaan dari kesaktian “Umpu Bobok” yang terhanyut banjir di masa lalu”, kata Albert lagi.

#Ritual adat “Hising”

Sebelum penataan dilakukan, tokoh-tokoh masyarakat bersama pemerintah desa menggelar ritual adat yang mereka sebut “Hising” yang artinya memohon restu sekaligus permisi kepada roh leluhur yang menghuni mata air panas karena lokasi itu segera ditata lebih baik menjadi spot wisata desa. Warga di sana sangat yakin bahwa ada roh yang mendiami tempat tersebut. Dan karena itu mereka memohon izin sebelum ditata menjadi destinasi wisata baru.

Bahan sesajian dalam ritual ini adalah ayam jantan berbulu warna putih melambangkan ketulusan. Warga dengan tulus hati meminta izin dan testu kepada roh leluhur mereka dengan harapan sumber air panas itu dikelola secara lebih baik jadi spot wisata demi peningkatan kesejahteraan mereka. Begitu arti tuturan adat memakai bahasa daerah setempat yang mereka tuturkan sebelum ayam jantan disembelih di sumber air panas itu.

“Tujuan ritual ini digelar agar apa yang kami  rencanakan dan kerjakan di tempat ini mendapat izin dan direstui roh yang menghuni sumber air panas ini sehingga jauh dari bahaya serta hambatan”,ujar Albert menjelaskan.

#Rute menuju air panas

Dari Labuan Bajo menuju sumber air panas di dusun Ndengo membutuhkan waktu sekitar 60 menit menggunakan kendaraan. Setiba di KM 31 di Simpang Langgo, belok kanan mengikuti ruas jalan wisata Simpang Langgo-Werang. Satu jalur menuju lokasi air terjun Cunca Lolos atau Cunca Rami dan Danau Sano Nggoang. Tiba di Simpang Ndengo, Anda belok kanan mengikuti jalan menuju ke lokasi Cunca Rami. Dari simpang Ndengo, Anda hanya butuh waktu 10 menit tiba di lokasi air panas tersebut. Tiba di lokasi ini, pengunjung disuguhkan pemandangan hamparan sawah nan hijau membentang sejauh mata memandang.

Komentar